Senin, 19 Januari 2009

MANUSIA DAN AGAMA

MANUSIA DAN AGAMA

Mukhlisin


  1. Pengetahuan Awal

Agama adalah sesuatu yang dekat dengan kita sebagai manusia. Manusia pada hakekatnya membutuhkan manusia. Hal ini terlihat dari fenomena dari makin semaraknya kegiatan-kegiatan agama seperti pengajian di perkotaan-perkotaan, meningkatnya orang shalat berjamaah di masjid. Kondisi bertolak belakang para ahli barat yang mengatakan bahwa agama pada akhirnya nanti seiring dengan kemajuan zaman akan ditinggalkan. Perubahan zaman yang dimaksud di sini adalah modernisasi yang dapay kita lihat sekarang ini. Mengapa orang berduyun-duyun menuju kepada agama, ini dikarenakan modernisasi yang menjanjikan memberi kebahagiaan dan kesejahteraan kepada umat manusia tidak terpenuhi. Sisi lain dari kemajuan peradaban yang dicapai zaman modern sebagaimana yang terlihat saat ini, ialah modernisasi telah membawa manusia kepada kesengsaraan, penderitaan kering spiritual akibat meninggalkan agama.

Dalam kehidupan agama akan menunjukkan wajah yang beragam. Kadang agama menunjukkan pada radikalisme atau kekerasan. Aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh sebagian umat Islam-tidak bermaksud menganggap Islam adalah teroris, adalah contoh. Agama yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik terhadap sesame manusia, ternyata dalam sisi lain menunjukkan tidak demikian. Seperti misalnya menjadi spirit bagi pemeluknya untuk membantu kepada orang lain yang kesusahan atau kesulitan, memberi ketentraman, bagi manusia dan sebagainya.


  1. Mengapa Manusia Beragama?

Manusia pada hakekatnya membutuhkan agama. Keberadaan menusia yang tidak mampu menghadapi gejala-gejala alam seperti banjir, petir yang berkilat-kilat, suara guntur yang besar menyambar-nyambar, gelombang besar di lautan dan berbagai macam gejala-gejala alam lainnya, membuat manusia meyakini adanya kekuatan Maha Besar. Mulailah manusia menyembah kepada benda-benda alam yang memiliki kekuatan seperti matahari, bulan, api, dan seterusnya untuk menjalin hubungan dengan zat yang dipercaya mnemiliki kekuatan maha dasyat itu.

Dalam proses perjalanannya turun agama wahyu atau agama samawi yang diturunkan oleh Tuhan kepada para utusannya untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing. Di antaranya ada Nabi Musa as dengan risalahnya agama Yahudi, Nabi Isa as dengan agama Nasraninya, dan Nabi Muhammad saw dengan risalah Islamnya.

Dalam pandangan Islam manusia beragama fitrah. Sebab Allah telah memberikan potensi kepada manusia untuk mengenal diri-Nya. Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 30 yang artinya:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuai”



  1. Pengertian Agama

Memahami agama dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama dengan melalui pengkajian secara etimologi, kedua mengkaji agama secara terminologi. Pengkajian agama secara etimologi adalah pengkajian agama yang dilakukan dengan cara menyajikan dan menelaah batasan-batasan (definisi, formulasi ilmuiah/agama) yang dibangun/diciptakan oleh para ahli dan ilmu pengetahuan. (K. Suradji, Agama-Agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya (Bandung :Aksara, 1993, hlm. 26).

Orang barat menyebut agama dengan perkataan religie, religion atau religious. Kemudian Bangsa Arab dan bangsa-bangsa selain Arab namun memakai bahasa Arab menyebut dengan perkataan ilmiah dan madzab. (Ibid)

Perkaan agama berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam Kitab Upadec tentang ”Ajaran-ajaran Agama Hindu” disebutkan bahwa perkataan agama berasal dari bahasa Sansekerta, yang tersusun dari kata ”a” yang berarti ”tidak” dan ”gam” yang berarti ”pergi”. Dari penjelasan ini dapat ditarik pengertian agama yang berarti ”tidak pergi, tetap di tempat, abadi, diwariskan dari generasi ke generasi.

Selain itu, ada pula yang mengartikan agama dengan arti tidak kacau. Caranya sama seperti di atas dengan diuraikan agama kata demi kata, yaitu ”a” berarti ”tidak” dan ”gama” berarti ”kacau” (Ibid). Maksudnya agama akan memberi ketidakkacauan bagi pemeluknya yang berpegang teguh pada ajaran-ajarannya.

Namun perlu diperhatikan di sini, pengertian agama dengan melalui penguraian kata demi kata sebagimana tersebut di atas, oleh sebagian ahli dianggap tidak bisa dianggap tidak bisa diterima keilmiahannya. Adalah Prof. Sulaiman, Guru Besar UII, pihak yang berada pada posisi ini. Beliau mengatakan bahwa pemberian arti pada perkataan agama dengan menguraikan kata agama dari kata ”a” yang diartikan ”tidak” dan ”gama” yang diartikan ”kacau” adalah analisis ilmiah yang tidak bisa dibenarkan (Ibid., hlm.26).

Perkataan agama dalam penyebutannya dicapkan dengan lafal yang bervariasi. Ada yang menyebutkan dengan religie atau religious. Yang mengungkapkan agama dengan sebutan-sebutan itu adalah masyarakat barat. Di sampimng itu ada pula yang menyebut dengan ad-dien, sebutan agama bagi masyarakat Arab dan bukan bangsa Arab namun berbahasa Arab.

Elanjutnya agama juga sering disebut dengan lafal igama dan ugamaa. Sebagian dari masyarakat Indonesia menyebut agama dengan lafal demikian. Istilah igama dan ugama penyebarnya adalah pemeluk agama Hindu dan Budha sejak Kerajaan Kahuripan di bawah pimpinan Raja Erlangga yang kemudian dikembangkan sampai seluruh poenjuru nusantara. Tak hanya nusantara (Indonesia), oleh pemeluk agama Hindu dan Budha disebarkan hingga sampai ke Semenanjung Malaka pada zaman Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Maha Patih Hayam Wuruk (Ibid., hlm.27).

Sebagaimana telah disinggung di atas, orang Barat tidak menyebut dengan kata gama, namun religion, religie atau religious. Kata ini berasal dari bahasa Latin, yang tersusun dari dua buah perkataan, yaitu ”re” yang berarti kembali, dan ”ligere” yang berarti ”terkait, terikat” Maksud dari arti ”kembal;i” yang merupakan arti dari kata ”re” dan ”terikat, terkait” arti dari kata ”ligere” di atas adalah bahwa jiwa yang diciptakan Tuhan terkait dan terikat dengan-Nya dan pasti akan kembali pada-Nya. Pengertian terlihat pada De Groot.

J.H. Vander Hoop mengartikan terikat dan terkait tersebut di atas sebagai hukum. Maksudnya bahwa manusia tidak bebas menuruti kehendak atau kemauan sendiri, sebaliknya manusia harus menurut pada ketentuan-ketentuan Tuhan. Inilah terikat dan terkait dimaksud.

Orang Islam yang berbangsa Arab maupun bukan Arab namun kesehariaannya memakai bahasa Arab menyebut agama dengan kata ad-dien. Kata ini memiliki arti yang sangat banyak. Antara lain: pahala, ketentuan, kekuasaan, peraturan, dan perhitungan. Al-Fainis-Zabat dalam kamusnya yang berjudul ”al-Muhieth” mengartikannya dengan kekuasaan, kemenangan, kerendahkan, kemuliaan, perjalanan, peribadatan dan paksaan.

Setelah penulis menguraikan arti agama secara etimologi, akan penulis uraikan pula arti agama dari beberapa ahli. Namun demikian perlu diketahui, bahwa mendefinisikan agama adalah pekerjaan yang sangat sulit. Llletak kesulitannya ialah defini yang diberikan tidak mampu menccakup semua gama-agama yang ada. Mukti Ali, Mantan Menteri Agama Indonesia, menulis, agama adalah percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum yang diwahyukan kepada kepercayaan utusan-Nya untuk kebahagiaan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Jelas sekali pengertian yang dikatakan oleh Mukti Ali tidak mencakup pada agama-agama yang meyakini adanya banyak Tuhan. Bila kita memakai pengertian agama yang dikemukakan oleh Mukti Ali secara konsisten, hindu tidak dapt dimasukkan sebagai agama, karena meyakini banyak Tuhan (Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2000, hlm.,...)

  1. Macam-Macam Agama

Keberadaan agama yang beraneka macam jenis dan jumlahnya dapat bagi menjadi dua menurut asal kedatangannya. Yaitu pertama, agama samawi. Kedua, agama Thabi’iy (Agus Salim, Perbandingan Agama, Bandung :Diponegoro, 1996, hlm.13).

Maksud dari agama samawi adalah agama yang turun dari Tuhan melalui wahyu yang diberikan kepada hamba pilihannya (rasul) untuk disiarkan kepada umatnya. Kemudian yang dimaksud dengan agama Thabi’iy, agama bumi (ardl) adalah agama yang lahir dari pemikiran manusia dan bukan berasal dari wahyu. Agama Thabi’iy dinamakan juga agama alam, karena agama ini mengajarkan pujian-pujian terhadap benda (thabiat), seperti memuja kepada berhala-berhala.

Yang termasuk dalam kategori agama samawi yang sampai sekarang masih keberadaannya ialah agama Islam, Nasrani, Yahudi. Selain dari ketiga agama ini merupakan agama Thabi’iy (bumi). Wallahua’lam.

Tidak ada komentar: